Otoritas Australia Sita Crypto US$1,5 Juta dari Pengedar Narkoba — Blockchain Media Indonesia

Dalam perkembangan terbaru, polisi Australia Selatan telah mencatat kemajuan signifikan dalam memerangi kejahatan terkait crypto.

Seorang pria berusia 25 tahun dari Adelaide Hills telah ditangkap dan dituduh melakukan perdagangan narkoba serta pencucian uang di dark web.

Penangkapan ini adalah hasil dari penyelidikan yang cermat yang dimulai awal tahun 2023, mengungkapkan masalah yang semakin bertumbuh terkait kegiatan kriminal yang melibatkan crypto di Australia.

Australia Sita Crypto dari Pengedar Narkoba 

Individu yang dituduh, yang identitasnya belum diungkapkan, dicurigai menggunakan berbagai profil di dark web untuk memfasilitasi penjualan terlarang narkoba. Polisi telah menduga bahwa crypto memainkan peran penting dalam transaksi ilegal ini.

Melalui pelacakan aset digital ini, pihak berwenang dapat mengidentifikasi dan menangkap tersangka. Aset yang disita, termasuk uang tunai, narkoba, perangkat elektronik dan crypto, mencapai jumlah yang mengesankan, yaitu US$1,5 juta.

Salah satu aspek paling mengkhawatirkan dari kasus ini adalah penggunaan crypto oleh terdakwa sebagai alat pembayaran dalam transaksi narkoba.

Crypto Potato melaporkan bahwa, detektif Superintendent Rice, yang memimpin penyelidikan ini, menekankan pentingnya temuan ini.

“Penyelidikan ini mengidentifikasi aktivitas ilegal di pasar dark web, mengaitkan aktivitas tersebut dengan orang sungguhan di Australia Selatan, mengidentifikasi dan melacak crypto yang digunakan dalam tindakan tersebut dan akhirnya memimpin ke operasi pengejaran dan penyitaan yang sukses,” ujarnya.

Di antara narkoba yang disita selama operasi adalah nitazene, substansi yang sangat beracun. Superintendent Rice menyoroti bahwa penyitaan ini, dengan jumlah sekitar lima kilogram, merupakan yang terbesar di Australia hingga saat ini.

Nitazene telah dikaitkan dengan kasus overdosis dan bahkan kematian sebelumnya. Namun, penting untuk dicatat bahwa pedagang obat gelap di dark web ini tidak diyakini terlibat dalam insiden-insiden tersebut.

Individu yang dituduh saat ini berada dalam tahanan dan akan menghadapi persidangan pada tanggal yang akan ditentukan kemudian.

Kasus ini hanyalah satu contoh dari tren meningkatnya penggunaan crypto untuk kegiatan kriminal di dark web.

Pada bulan Juli, seorang penduduk New Jersey, John Michael Musbach, membayar seorang pembunuh bayaran di dark web 40 BTC pada tahun 2016 (senilai US$20.000 pada saat itu) untuk membungkam seorang anak yang akan memberi kesaksian terhadapnya dalam kasus pornografi anak.

Musbach dijatuhi hukuman penjara selama enam tahun dan enam bulan karena perbuatannya.

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Universitas RMIT di Melbourne, Australia, mengungkapkan pola yang mengkhawatirkan dalam sistem peradilan.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa para penjahat Australia yang menggunakan Bitcoin dan crypto lainnya untuk kegiatan ilegal cenderung menerima hukuman yang lebih berat dibandingkan dengan mereka yang menggunakan mata uang fiat tradisional. [st]

 

Israel Sita Crypto Terkait Hamas — Blockchain Media Indonesia

Otoritas Israel membekukan dan sita aset crypto yang terkait dengan kelompok Hamas. Demikian dilaporkan media setempat.

Seperti dikutip Benzinga, media lokal Calcalist belum lama ini, melaporkan bahwa setelah serangan oleh Hamas terhadap Israel pada akhir pekan sebelumnya yang eskalasi menjadi konflik penuh, kepala pertahanan Israel telah memerintahkan pemblokiran total terhadap wilayah Palestina, Gaza.

Finbold melansir media lokal tersebut, bahwa pihak kepolisian Israel telah membekukan dan sita akun crypto di Binance yang diduga terkait dengan Hamas pada tanggal 10 Oktober.

“Unit siber dari Lahav 433 kepolisian Israel bekerja sama dengan kementerian pertahanan negara, badan intelijen, dan Binance untuk mengidentifikasi dan membekukan akun crypto yang mereka klaim digunakan untuk mendanai teror Hamas. Selain itu, dana yang disita akan disimpan oleh perbendaharaan nasional Israel,” demikian media finansial mengutip pengumuman resmi tersebut.

Langkah ini bukanlah tindakan yang terisolasi, karena ini terjadi setelah Komisi Perdagangan dan Berjangka Komoditas Amerika Serikat (CFTC) mengajukan gugatan pada Maret 2023 terhadap Changpeng Zhao (CZ), CEO Binance. Gugatan ini menuduh CZ dan Binance membiarkan kelompok militan Palestina, Hamas, melakukan transaksi keuangan di platform pertukaran kripto mereka.

Namun, Binance telah menunjukkan sejarah kepatuhan terhadap upaya Israel untuk melawan pendanaan teror, seperti yang dicatat dalam laporan CoinDesk.

Pada tahun 2021, pihak berwenang Israel dilaporkan mengambil alih kendali 190 akun kripto di Binance yang diduga terkait dengan berbagai kelompok teroris.

“Dalam beberapa hari terakhir, tim kami telah bekerja secara real-time, sepanjang waktu, untuk mendukung upaya berkelanjutan dalam melawan pendanaan teror. Kami berkomitmen untuk memastikan keamanan dan keamanan bukan hanya dalam ekosistem blockchain, tetapi juga komunitas global, melalui pekerjaan proaktif kami,” demikian disampaikan jurubicara Binance, ketika dihubungi oleh CoinDesk.

Sejak tahun 2021, pejabat Israel telah mengambil alih sekitar 190 akun Binance yang dicurigai memiliki kaitan dengan organisasi teroris.

Regulator di seluruh dunia telah lama menyerukan pengendalian yang lebih ketat pada bursa kripto untuk mencegah aktivitas ilegal, mulai dari pencucian uang hingga pembiayaan terorisme. [ab]

Proudly powered by WordPress | Theme: Looks Blog by Crimson Themes.