Ketika Proyek Crypto Bersembunyi di Balik Slogan Desentralisasi — Blockchain Media Indonesia

Rekan pendiri perusahaan investasi VC Variant, Jesse Walden dan pengacara kripto terkemuka, Jake Chervinsky menilai proyek crypto kerap bersembunyi di balik slogan desentralisasi.

Kepada Blockchainmedia.id, Walden menjelaskan kenyataan bahwa tidak ada yang desentralisasi dari awal, dan proses tersebut seharusnya berlangsung secara bertahap.

“Masalah yang terus-menerus muncul di ruang ini adalah bahwa tim-tim mencoba untuk mempercepat dua tahap pertama, membangun produk dan kemudian mendesentralisasi. Ini penting bagi banyak produk untuk memiliki kepemimpinan dari awal sambil mencari kesesuaian pasar produk,” ujar Walden.

Menurutnya, desentralisasi dalam konteks proyek crypto, bukan sekadar kata populer; ini adalah sebuah ideal, sebuah visi dari model tata kelola di mana kekuatan didistribusikan di antara jaringan peserta daripada terkonsentrasi di tangan otoritas pusat.

“Namun, masalah muncul ketika desentralisasi dipanggil terlalu dini, menyebabkan keputusan produk yang buruk dan konsekuensi yang mungkin merugikan.”

Walden dan Chervinsky menganjurkan sebuah konsep yang mereka sebut desentralisasi progresif.

Mereka berpendapat bahwa desentralisasi yang sejati bukanlah pencapaian yang instan tetapi sebuah proses yang harus berlangsung secara bertahap.

Pandangan ini menantang praktik umum proyek-proyek yang dengan buru-buru mengadopsi desentralisasi demi penampilan atau kepatuhan regulasi, daripada komitmen yang sungguh-sungguh terhadap prinsip-prinsip yang mendasarinya.

Walden menekankan realitas tajam, bahwa beberapa proyek mungkin tidak cocok untuk desentralisasi sama sekali.

“Secara historis, korporasi dan demokrasi adalah struktur terbaik yang telah kita ciptakan untuk pengambilan keputusan manusia,” katanya.

Pendekatan pragmatis ini adalah angin segar di industri yang kadang-kadang mengorbankan desain produk yang baik dan transparansi demi desentralisasi.

Patut dicatat bahwa tidak semua proyek blockchain diciptakan sama. Bitcoin, pelopor crypto, menjadi contoh potensi jaringan terdesentralisasi.

Keberhasilan lain yang baru-baru ini, seperti platform keuangan terdesentralisasi (DeFi) Uniswap, membuktikan bahwa visi Satoshi Nakamoto tentang desentralisasi masih hidup dan berkembang.

Namun, mencapai desentralisasi yang sejati bukanlah tugas yang mudah, dan ini bukanlah solusi yang cocok untuk semua. Dalam beberapa kasus, kendali terpusat tetap menjadi pendekatan yang paling praktis.

Argumen dari Variant menyoroti kebenaran yang lebih besar, bahwa meskipun media fokus pada persidangan dan kontroversi yang mencolok, industri kripto terus tumbuh dan berkembang.

Saat industri crypto matang, menemukan keseimbangan antara pragmatisme dan idealisme akan menjadi kunci dalam memastikan kesuksesan dan kredibilitas jangka panjangnya. [ab]

Ada Alibaba dan Tencent di Balik Pesaing OpenAI, Duit Mengalir Setara Rp5,4 Triliun — Blockchain Media Indonesia

Duet perusahaan raksasa asal Tiongkok, Alibaba dan Tencent dikabarkan telah bergabung dalam konsorsium startup pesaing OpenAI.

Sebagaimana dilaporkan CNBC, Alibaba dan Tencent turut menjadi penyokong Zhipu, yang baru-baru ini mengumumkan berhasil menggalang dana sebesar lebih dari 2,5 miliar yuan China (sekitar US$341 juta).

Selain kedua perusahaan tersebut, turut serta pendukung ventura terkenal Sequoia dan Hillhouse telah memberikan dukungannya kepada Zhipu, bersama investor korporat terkemuka seperti Xiaomi.

“Zhipu adalah salah satu startup menjanjikan China yang menciptakan model kecerdasan buatan yang dilatih dengan sejumlah besar data yang dapat mendukung berbagai aplikasi,” terang media finansial dalam artikel baru-baru ini.

Pada Agustus, Zhipu merilis chatbot AI generatif berdasarkan modelnya. AI generatif mengacu pada teknologi di mana AI mampu menghasilkan jawaban sebagai tanggapan terhadap perintah pengguna.

“Pernyataan Zhipu tentang para investor datang pada saat pertempuran teknologi antara AS dan China terus meningkat, dengan kecerdasan buatan sebagai fokus utamanya.”

Industri AI dianggap salah satu yang paling menjanjikan di Tiongkok, terutama karena hal itu dapat membantu produksi ekonomi.

Ekonomi terbesar kedua di dunia berencana meningkatkan daya komputasinya sebesar 50 persen pada tahun 2025, yang akan membantu pengembangan aplikasi kecerdasan buatan.

Zhipu merupakan salah satu dari sejumlah startup Tiongkok yang mencoba membantu pertumbuhan industri kecerdasan buatan negara ini. Di mana, banyak perusahaan muda ini didukung oleh raksasa teknologi di Negeri Tirai Bambu.

Baichuan, startup AI lainnya, mengatakan minggu ini telah mengumpulkan sekitar US$300 juta dari investor, termasuk Alibaba dan Tencent.

Namun, Amerika Serikat telah secara aktif membatasi akses Tiongkok ke teknologi pengembangan AI kunci.

Tahun lalu, Amerika Serikat menerapkan aturan yang mencegah Nvidia menjual unit pemrosesan grafis A100 dan H100 terbaiknya ke Tiongkok.

Baru-baru ini, Washington memperluas aturan ini untuk mencakup chip Nvidia tambahan. Unit pemrosesan grafis Nvidia adalah bagian integral dalam melatih model AI yang membutuhkan kemampuan pemrosesan data besar.

Bisa dikatakan, investasi dalam Zhipu adalah indikasi persaingan sengit antara Tiongkok dan Amerika Serikat di bidang kecerdasan buatan.

Saat Zhipu terus mengembangkan dan berinovasi pada model AI-nya, industri akan memantau perkembangannya dengan cermat dalam upaya untuk menantang dominasi OpenAI dan menjadikan dirinya sebagai kekuatan AI global. [ab]

Proudly powered by WordPress | Theme: Looks Blog by Crimson Themes.